Selasa, 18 Juni 2013

Menulis

"Menulislah, karena dengan menulis kamu minimal membaca dalam tiga waktu. Pertama saat menuliskan, kemudian mencari referensi tulisan dan selanjutnya saat tulisanmu sudah jadi," ucap Doktor Purwo, ketika saya menanyakan "Saya suka membaca, Pak. Bagaimana menurut pendapat bapak?"

"Malas adalah induk psikologi," tulis Friedrich Nietzsche. Ya, rasa malas adalah biang segala biang setiap kali hendak menulis bagi saya. Malas untuk merangkai kata-kata, malas memikirkan apa yang akan terjadi setelah tulisan dipublikasikan dan malas untuk banyak hal lainnya.

Bagi saya, wajar saya punya ketakutan akan hal tersebut. Karena sebuah tulisan bisa menimbulkan deskripsi panjang bagi pembaca (kalau ada yang sedang sial tersesat di blog semenjana ini) ha ha ha ha. Tapi, ada keinginan besar untuk bisa secara berkala untuk menulis dan mempublikasikan sebuah tulisan. Bukan karena apa, saya ingin terkenal. Halah. Bukan, bukan, saya ingin otak saya tidak cuma memikirkan satu kalimat pendek tanpa mampu menerjemahkan baik pemikiran maupun imajinasi yang saya punya. Kasihan donk sama diri sendiri, cuma bisa jadi seorang pembaca setia, tanpa mampu didengarkan pemikirannya oleh orang lain.

Apabila semenjak mengenal Twitter dan mengenal banyak orang-orang hebat yang mampu menuliskan apa yang mereka pikirkan dan khayalkan dalam sebuah bentuk tulisan. Menghasilkan sebuah tulisan yang mampu menggugah banyak orang atau setidaknya menghibur hati yang sedang gundah gulana. :D

Kenapa menulis bagi saya masih menjadi hal yang susah sampai saat ini. Eh, baru saya bilang susah sekarang, ya? :p 

Saya khawatir tulisan saya tidak sesuai dengan aturan baku. Saya banyak tidak tahu bagaimana sebuah tulisan yang baik itu bisa diterima oleh banyak orang. Saya takut tidak mampu memenuhi ekspektasi orang yang membaca, yang pada akhirnya. Blog ini jadi semacam gubuk di tengah ladang. Hanya diisi pada saat si empunya sedang ingin saja. :D

Tapi, akhirnya saya sampai pada kesimpulan. Menulislah, Jem. Karena kamu suka, ingin dan cinta akan dunia tulis menulis. Pendapat manusia adalah hak mereka sendiri, jangan terlalu digubris. Mereka bukan orang yang memberi nutrisi untuk otakmu berpikir. Menulislah, Jem. Untuk bisa mengenal betapa luasnya dunia tulis menulis. Untuk bisa memapas habis ego yang terlalu tinggi di dirimu sendiri. 

Oke. Akhirnya saya menulis ini. Tulisan yang saya tulis dengan perut sedang kenyang dan karena saya suka. 

Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik. Hibur hati saya saat tulisan ini sedang dibuat. 

Jadi, sudikah membagi kekuatanmu wahai semesta. Untuk saya bisa menuliskan berbagai macam hal yang bisa bermanfaat, minimal untuk diri saya sendiri. 

Oke, baik. Mantap kali semesta. Ingatkan terus kalau saya masih perlu banyak belajar.

2 komentar:

  1. Menulis itu sebuah keberanian, Kata Pram. Saat kamu berani menuliskan kalimat awal tanpa kamu sadari tulisan kamu sudah mencapai kalimat akhir. Asseeekkk, teorinya sik gitu. Mari tetap menulis (apapun itu) :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. asseeeekk. betuuul sekali, teteh. ayo semangat menulis. (^,^)9

      Hapus