Senin, 30 Desember 2013

Perkara Menulis

Menulis memang bisa dikategorikan semacam ritual kultus yang tidak semua orang mampu untuk melakukanya. Pun saya. Hanya beberapa orang yang dianugerahi ketelatenan dan kecerdasan menangkap kata-perkata, kemudian mengolahnya di dalam proccesor sakti bernama otak dan menjabarkan ulang dalam bentuk yang sedap untuk dinikmati.

Semua orang mungkin punya keinginan untuk bisa pandai menulis. Tapi tentu dengan kadar yang berbeda.

Dan terpujilah bagi mereka yang mampu memberikan tulisan yang apik untuk kemudian dinikmati oleh banyak orang.

Penulis besar semacam Dewi Lestari melalui banyak aral rintangan untuk bisa sampai hari ini.
Begitu juga dengan penulis besar lainnya.

Baru baru ini, saya menemukan beberapa blogger muda dan mungkin seusia saya, yang tulisannya mampu membuat saya menertawai diri sendiri. Bahwa betapa tololnya saya dalam menyusun kata demi kata, begitu banyaknya hal-hal yang melenceng.

Oke, semoga membaca tulisan mereka. Mampu membuat saya berusaha lebih keras untuk belajar dan berlatih lebih keras untuk bisa menulis secara baik, benar dan apa adanya.

Jumat, 27 Desember 2013

2013

2013 adalah tahun yang berat secara mental dan fisik.
Pokoknya berat, gue gak tahu berapa kilogram. Apakah sama berat dengan Pretty Asmara atau Okky Lukman. Gue juga masih berpikir untuk memutuskan memadankan dengan yang mana.
Berat, karena gue sering menjadikannya berat.
Terkadang sih ringan. Apalagi kalau banyak duit. He he he he.

Kadangkala, gue merasa terlalu memikirkan hidup. Jadilah hidup gue berat.
Beberapa kali juga gue masa bodoh. Jadilah hidup gue menyenangkan.

Jadi, siapa yang salah? ya gue lah. :p

Tapi ada banyak pencapaian tahun ini.
Alhamdulillah akhirnya mendapatkan gelar Sarjana juga. Puji Tuhan.
Alhamdulillah masih bisa membantu kedua orangtua. Puja puji kerang yang gue gak suka makannya.
dan Alhamdulillah yang lainnya... :D 

Kalau saja gue cerdas, mungkin gue bakal mencatat. Ada berapa ratus kali pertanyaan "kapan menikah?" yang harus dihadapi sepanjang tahun ini. Syukurnya gue bodoh, jadinya pertanyaan itu hanya menjadi angin lalu yang mengibarkan rok janda muda yang kemaren gue lihat di Pasar Bawah.

Ada banyak pembelajaran positif tahun ini. Tapi juga dibarengi dengan melakukan berbagai tindakan konyol dan gue bakal menyesalinya pada satu waktu. Nanti, bukan sekarang, atau besok. Wallahualam.

Jadi, harapan untuk tahun depan menjadi lebih baik pastinya muncul di benak gue. Masih normal kok gue. Sueer dah.

FYI, gue tahun ini sudah "nyaris" bebas dari memberikan janji-janji KW ke gebetan. Gue mau mewujudkan kepribadian yang jurdil, luber dan amanah bin fathonah. Do'akan ya. 

Ummm, terus mau cerita apa ya. Ummm. Kayak ada yang baca aja. Ha ha ha ha.

Baiklah, mungkin cukup ini dulu. Semoga tidak membuat kamu dongkol. Harapan paling minimal itu mah. :p




Menulislah. Walaupun cuma satu kalimat.

Satu kalimat.