Sabtu, 16 November 2013

Bak Hendak Memakan Buah Simalakama

Tersebutlah seorang pegawai muda, energik, penuh dengan letupan ide-ide dan keinginan untuk menambah pengalaman. Terlibat di dalam satu event tingkat nasional, butuh kerja keras dan dedikasi di awal kegiatan. Mulai dari perencanaan, rapat-rapat, pencarian dana awal guna memperlancar kegiatan dan begadang hampir tiap malam.

Tapi, dari hari ke hari. Progress kegiatan bukannya semakin membaik. Justru semakin kacau dan tidak terkendali. Ada begitu banyak yang tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam bayangan dan harapan sang pegawai muda. Birokrasi yang karut marut, garis koordinasi yang tidak jelas, kepanitiaan yang tidak terorganisir dengan baik dan ada begitu banyak hal lainnya yang membuat sang pegawai merasa dia telah salah memilih jalan hidupnya untuk masuk ke dalam birokrasi.

Ide, satu hal yang bagi dia sangat berharga. Seperti hal-nya memberikan buah segar kepada seorang bapak. Tapi kemudian sang bapak menolak tanpa penjelasan yang baik. Kemudian buah tersebut membusuk, dipungut oleh sang kakek dan diberikan lagi kepada sang bapak untuk dimakan. Coba tebak apa yang terjadi, sang bapak dengan terpaksa memakan buah tersebut. 

Jadi, kamu bisa membayangkan, bagaimana dongkolnya pegawai muda tersebut. Dengan inisiatif dan semangat yang menggebu-gebu. Justru dipatahkan oleh ketololan dan rapuhnya mental dari generasi tua. 

Meninggalkan event tersebut di tengah jalan jelas bukanlah satu hal yang bijaksana. Tapi, tetap bertahan dengan kondisi yang ada. Juga bukan merupakan satu pilihan yang bisa memberikan manfaat. Malah akan semakin membuat sang pegawai merasa muak dan memperburuk hari-hari yang dijalaninya.

Sang pegawai tidak terbiasa bekerja dengan orang-orang bodoh dan dia terlambat menyadari. Tempat dia bekerja memang rata-rata diisi oleh oleh bodoh dan tamak akan kekayaan.

Kalian tahu, kondisi tersebut sangatlah tidak bagus untuk mengembangkan potensi. Harus ada satu perubahan secara signifikan. Seharusnya pemimpin secara tegas memberikan instruksi dan juga berbarengan dengan sanksi apabila anak buahnya gagal. Tapi sayangnya, bangsa ini memang kekurangan pemimpin yang berani mengambil tindakan tegas, tanpa kompromi. Maka jadilah seperti hari ini, kegiatan yang dalam kalkulasi sang pegawai muda bisa sukses dan memberikan efek domino yang sangat baik terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Justru terancam berjalan dengan sangat tidak baik.

Menyedihkan.