Minggu, 19 Januari 2014

Mr. Plan

Ada berapa banyak rencana yang pernah kamu susun dalam kehidupan?
Kalau saya? ada begitu banyak, dan akhirnya cuma jadi wacana. Mulai dari menyusun rencana untuk membeli sebidang kebun, membangun usaha ayam petelur dan lain-lainnya.
Tapi, bukankah manusia memang gudang besar dari sekian banyak rencana. Ada yang bisa direalisasikan, ada yang akhirnya cuma jadi tumpukan omong kosong yang kadangkala diingat sebagai lelucon.

Sabtu, 04 Januari 2014

Sang Raja

Dia lahir bulan Februari tahun kemarin. Tahun 2013 tepatnya, lahir dengan bobot normal, anak ketiga dari empat bersaudara. Bukan anak yang paling lucu, tapi yang paling lincah. Mungkin itu sebab utama dia lah yang paling bisa bertahan untuk hidup dibandingkan tiga saudara lainnya. Kakak pertamanya, harus mengecap dinginnya ditimbun tanah setelah berjuang melawan sakit selama dua bulan. Kakak keduanya, hilang tak berbekas di antara gelap malam. Karena sorenya, saya masih bisa melihat dia bercanda dengan kakaknya tersebut. Lebih malang nasib adiknya, melawan sakit sekian bulan, akhirnya dia menyerah takluk. Meninggalkan Sang Raja (hari ini saya memanggilnya begitu) dengan muka penuh kesakitan. Saya ingin menangis, tapi seorang hamba sahaya tidak boleh menangis di hadapan Sang Raja. 

Lebih miris adalah saat Sang Raja ditinggalkan Sang Ibunda Ratu, entah kemana, masih menjadi misteri dunia lain. Detektif yang saya sewa tidak mampu menemukannya sampai saat ini. Entah Raja istana mana yang mampu membutakan matanya yang indah untuk meninggalkan istana.

Sang Raja tumbuh dengan sangat sehat, memiliki tatapan tajam dan bentuk tubuh yang sempurna di antara mahluk sebangsanya. Tatapan matanya, bisa menaklukkan lawan jenisnya dalam sekian menit. Tapi sayang, Sang Raja hidup di lingkungan tidak ideal. Hanya janda-janda yang sibuk mengurus anak-anaknya yang tersisa. Jadilah Sang Raja seorang pria yang kesepian, menatap nanar para janda setiap harinya. Sembari berharap akan ada kembang desa yang tersasar ke istananya.
Saya, hamba sahayanya yang taat. Tidak pernah telat menyiapkan makanannya, pagi, siang, sore, bahkan di tengah malam. Kapanpun dia ingin makan.

Sang Raja punya banyak singgasana, tidak ada seorang pun hamba sahaya di istana berani mengganggu dia saat sedang beristirahat. Sekali dia menatap singgasananya, maka para hamba sahaya akan segera mempersilahkan Sang Raja untuk mendiaminya selama yang dia inginkan.

Sang Raja dari hari ke hari semakin tumbuh dengan sehatnya, dia tidak mau lagi makanan dalam negeri. Harus impor, ujarnya dengan bahasa isyarat. Maka, jadilah saya sebagai hamba sahaya yang taat, harus lebih bekerja keras membanting tulang untuk memenuhi nafsu makannya yang semakin menggila.

Sang Raja, harapan saya tidak muluk-muluk, Ja. Semoga dikau segera menemukan jodoh yang sepadan, setia dan soleh. Sehingga saya bisa fokus ke kehidupan fana lagi. Meladeni kemauan dikau sungguh bikin sakit kepala.


"Meoooooong" 

Baiklah, Sang Raja mulai lapar (lagi).

Jumat, 03 Januari 2014

LALU

Rasanya baru kemarin tangan kita saling menggenggam erat
Beriringan mesra di jalan setapak kampus hijau
Bercerita apa saja
Tentang mata kuliah yang baru saja kamu ikuti
Tentang teman-teman baru kamu
Tentang kerinduan akan kampung halaman
Tentang aku yang semakin mencintaimu

Tahu-tahu aku hadir di hari ini
Menggenggam sepucuk surat darimu
"Aku sudah mencintai orang lain," tulismu
Berulang kali aku mengeja kalimat yang sama
Terus terngiang tanpa jeda
"Aku masih mencintaimu, juga. Sangat," lirih di tengah gelap

Lalu, aku masih mengingatmu
Lima tahun dari terakhir kali kita bertemu
Berpisah tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal

Lalu?

Aku akan terus mencintaimu
Sampai aku yakin kamu benar-benar bukan milikku lagi