Cepat, jangan terlalu lama menyeruput kopi itu. Dia sudah menunggu terlalu lama.
Wanita dengan senyum terindah yang pernah aku temui. Mungkin sedang mengatur ulang rambut legamnya yang berkibar oleh angin senja.
Cepat, kamu terlalu lama memilih pakaian yang semuanya bernada sama. Hitam dengan motif yang sudah memudar.
Cepat, dia bukan wanita yang akan bersabar menunggumu.
Kemudian aku mengendarai motor kesayanganku seperti diburu hantu. Kendaraan lain aku lihat hanya seperti bayangan tanpa wujud nyata.
Ah, itu dia. Bergegas aku berlari menghampirinya. Hasrat ingin memeluk sudah membuncah di dada. Betapa aku merindukan dia. Rona merah di pipi yang selalu aku puja. Gingsul yang membuat dia semakin mempesona.
Tapi tunggu dulu. Siapa pria dengan kemeja kotak-kotak yang sibuk berbincang denganmu. Siapa dia?
Seandainya kamu bisa melihat. Sudah ada tanduk setajam Katana tumbuh di kepalaku.
Emosiku membuncah. Kamu pengkhianat!
Aku berteriak memanggil namamu. "Hei, beginikah balasan dari cinta tulusku?"
Kamu semakin tertawa kencang. Aku lihat jelas rona kebahagiaan terukir di wajah cantikmu.
Aku berjalan semakin mendekat. Tapi, kenapa kamu tidak menyadari kehadiranku?
Tanganku hanya memukul udara kosong. Padahal targetku jelas, wajah pria brengsek itu.
**
Tak lama aku melihat segerombolan pria memakai baju berwarna putih dan seragam coklat. Mereka dengan muka tidak bersahabat meringkusku dan kemudian memborgol tanganku.
"Sakit, Pak. Apa salah saya!?"
Hantaman koran bertanggal tepat sebulan dari hari ini mengajar pipiku.
"Sudah saya bilang berulang kali, baca dan segeralah tobat menjadi orang gila."
**
Aku menatap nanar judul halaman utama koran yang ku baca. Pada satu kamar dengan seluruh dindingnya berwarna coklat tua.
Headlinenya sangat jelas "Karena Cemburu Buta. Seorang Pemuda Membantai Kakak Beradik di Taman Kota."
Ah, andai saja aku hari itu tidak cepat menyimpulkan semuanya. Andai aku tidak cepat curiga padamu pada hari sebelumnya.
haha.. nice enough.. :)
BalasHapusoke. aku akan berusaha jadi nice tanpa enough. :p
Hapus