Hai, perkenalkan. Aku pohon Jambu Air atau dalam bahasa latinnya Eugenia aquea.
Aku sama saja secara fisik dengan pohon-pohon Jambu Air lain yang kamu ketahui. Ada batang pokok, dahan dan ranting, daun yang beraroma segar dan burung/lebah/kalong yang suka hinggap bila buahku sedang ranum-ranumnya.
Tapi, aku punya satu hal yang mungkin tidak dipunyai oleh jambu air lainnya. Aku dicintai dan mencintai begitu banyak anak-anak. Kebetulan aku bernasib baik, ditanam oleh majikanku yang baik di halaman rumahnya. Sekaligus terintegrasi dengan rumah kos-kosan.
Aku menginjak usia ke 7 tahun sekarang. Sedang lucu-lucunya kalau aku adalah anak kecil.
Aku merasa menjadi pohon Jambu Air paling beruntung di dunia. Karena, entah mengapa. Aku selalu berbuah sepanjang tahun, tanpa jeda. Selalu menjadi rebutan anak-anak yang berteriang riang dan akan menyantap dengan penuh hikmat. Saat buahku sampai di tangan dan mulut mereka.
Aku paling senang saat mereka ada di bawah dahanku yang rimbun. Melihat mereka mendongak, mencari buah yang paling merah dan kemudian meloncat ataupun kebetulan ada yang jago memanjat. Akan segera bergerak bak Macaca fascicularis a.k.a Monyet ekor panjang. hehehe
Tapi aku paling sebel kalau mereka sudah bergelayutan di dahanku yang paling rendah. Itu menyakitkan.
Aku menyaksikan anak-anak datang dalam usia mereka yang sangat muda, dilepaskan dan dipercaya oleh orang tua mereka yang berasal dari Desa jauh di pelosok untuk menuntut ilmu.
Aku selalu menjatuhkan dedaunan, saat orang tua mereka pergi meninggalkan anak-anaknya. Aku sendiri tidak tahu siapa orangtuaku.
Oke, lupakan hal-hal yang sedih.
Aku semakin merasa beruntung, karena banyak energi positif dari anak-anak. Mereka seringkali tertawa, seolah tanpa beban. Dengan hanya bermodalkan bola plastik dan gawang dadakan dari tumpukan sendal. Mereka akan mampu tertawa dan tersenyum riang selama berjam-jam. Sampai keringat bercucuran dan teriakan untuk berhenti dari Ibu kosan, barulah mereka melanjutkan ke kegiatan lainnya.
Aku melihat pertumbuhan anak-anak.Dari mereka yang cuma awalnya menjalani rutinitas sekolah seperti biasa. Sampai periode mereka jatuh cinta.
Aku selalu menguping, saat mereka sedang berteduh di bawah rindang dedaunanku dan asyik bercengkrama dengan entah pacar ataupun gebetannya.
Aku kerapkali terkikik, saat ada kata-kata gombal dan penuh rayuan yang meluncur dari mulut mereka. Betapa sederhananya cinta yang mereka punya, berawal dari bertatap muka dan selanjutnya saling mengungkapkan kata-kata penuh cinta. Cinta monyet kalau tidak salah dengar, saat Ibu kosan menceramahi anak-anak kosannya. Hihihi, mereka manusia atau monyet?
Ah, tapi tak selalu tentang cinta. Ada saatnya aku kerap mendengar isak tangis. Juga teriak kemarahan. Kegalauan dan kegundahan yang terlihat dari raut muka mereka. Ternyata manusia bisa melakukan banyak hal sekaligus ya. Ribet jadi manusia.
Coba saja mereka tahu betapa bahagianya menjadi aku. Selalu berbuah sepanjang tahun. Memberikan kesenangan, tempat berteduh bagi yang kepanasan.
Aku Jambu Air. Kamu mau berbagi kebahagiaan denganku?
betapa kita bisa belajar dari apa pun :)
BalasHapusYup yup. Terima kasih sudah berkunjung, IKa. :')
HapusAku suka Jambu Air .... Rasanya lebih enak dan menyegarkan daripada jenis jambu lainnya. Apalagi jadi kudapan rujak. Aaaakkhhh. Dan yah memang manusia itu ribet. -salam pohon toge-
BalasHapus*ambil posisi bentuk toge*
HapusAku adalah burung kutilang. Bolehkah aku mampir tiap pagi didahanmu dan berkicau tentang jauhnya harapan dan bentangan luas didunia sana? ;D
BalasHapusJadilah apa yang dirimu inginkan, Adinda.
HapusBerdasarkan ilmu.
alam kadang mengajari kita banyak hal. tergantung kita mau diam dan meresapi ajarannya atau enggak. menurutku sih...
BalasHapusSangat setuju sekali, Vanda. :')
Hapus