Seingatku, kamu wanita terakhir yang aku kirimkan rangkaian kalimat indah atau gombal ya? Entah, aku semakin pelupa dengan satu hal itu. Seingatku juga, aku mulai mengandaikan cinta dalam cerita/puisi/sajak (yang menurutku) indah, adalah semasa SMA. Masih disimpan ujar mantanku, yang sekarang sudah punya anak satu. Aku penasaran, ingin kembali ke membacanya.
Aku banyak membaca, tapi terlambat untuk menyadari, bacaan bukan cuma sekedar dibaca. Tapi harus belajar untuk menuliskan apa yang sudah diketahui. Aku semakin sering mengabaikan banyak hal, ya.
Ah, aku melantur. Kembali ke kamu, "Apa kabar kamu sekarang?" hal yang terakhir aku ingat tentang kamu adalah amarahmu. Saat aku memutuskan untuk menjadi Pegawai Negeri, meninggalkanmu di Bogor. Meninggalkan semua janji-janji yang kita ikrarkan bersama, di sudut sempit kamar rumah kontrakan di komplek perumahan yang banyak istri simpanannya.
Kamu, mungkin ada saatnya aku menemukan wanita lebih hebat darimu. Tapi sampai detik ini, masih jadi wanita terhebat yang pernah singgah di dalam kehidupanku. Melalui perkenalan yang tidak disengaja. Sebentar, waktu itu kalau tidak salah, aku hendak meminjamkan buku. Buku punya kakak kelasmu, pacarku sebelum kamu jadi pacarku. Ah, iya. Kamu menggunakan jaket kesayanganmu, abu-abu buram. Tapi aku suka, aku mulai melihat kamu sebagai sosok yang berbeda. Dari cara bicaramu, tatapanmu, kecerdasan yang terpancar dari ucapanmu. Ah, aku jatuh cinta saat sedang menjalin hubungan dengan orang lain yang adalah kakak kelasmu sendiri. Cinta pada pandangan pertama.
Aku percaya sampai detik ini, lama waktu sebuah hubungan. Tidak berpengaruh dengan seberapa besar rasa cinta yang dimiliki oleh seseorang, kita tidak lama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Tapi terlalu lama menurutku untuk mampu menghilangkanmu dari setiap moment kehidupan yang aku jalani.
Kamu, terkadang aku rindukan, dilain waktu aku membenci kenapa kita harus bertemu. Mengukir kisah begitu hebat dan kamu hadir dengan kharakter yang membiusku. Berulang kali aku merendahkan diriku, mengirimkan sms "Aku ingin bertemu, walau hanya sekali saja. Biar semuanya bisa lepas dari anganku," dan berulang kali kamu menolaknya.
Kamu sekarang aku lihat semakin cantik, bahagia dengan dia. Dia, kawanku, yang kami dulu selalu bertegur sapa, dia yang terakhir kali di tahun 2011 menunjukkan mimik muka sungkan saat bertemu denganku di Kotaku. Dia yang mempunyai darah leluhur sama denganku. Ah hidup, terlalu kompleks untuk dicari kenapa semesta seolah berkonspirasi menghajarku dengan sebuah kenyataan, menghianati cinta, maka cinta akan menghianatimu pula.
Oh ya, aku sekarang sudah berhasil menggapai gelar Sarjana. Setidaknya aku tidak kalah dengan pacarmu itu, dengan kamu yang sedang mengejar gelar dokter hewan. Semoga dalam tahun ini. Aku bisa kembali ke Bogor, menempuh jenjang pendidikan Pascasarjana, dan kamu mau bertemu denganku. Sekali saja.
Selamat berbahagia kamu, segeralah menikah. Supaya harapanku benar-benar menjadi abu.