Beberapa
hari yang lewat, saya yang sedang sarapan di kantin kantor secara tidak sengaja
terlibat pembicaraan dengan rekan-rekan kantor lainnya. Mengenai burung. Eits,
bukan burung yang mereka bawa semenjak lahir lho. Ha ha ha ha, tapi burung
berkicau yang banyak diperjualbelikan dan merupakan hasil perburuan dari alam
liar. Mereka menceritakan kondisi terkini, di mana burung yang mereka incar
sudah sangat langka di hutan.
Terang saja,
jiwa konservasionis saya tergelitik perih mendengarnya. Seperti hati mereka
yang ditinggal menikah saat sedang cinta-cintanya. :(
Sudah tahu
langka, tapi masih juga antutisias untuk mencari cara mendapatkan jenis burung
yang mereka incar. Di mana nurani mereka? apakah cuma demi hobi, lantas
keseimbangan ekosistem diabaikan? gila!
Sebenarnya
sudah lama saya mengamati trend para pecinta burung yang semakin menggeliat di
kota ini. Bermula dari komunitas kecil, akhirnya berkembang dalam sebuah wadah
yang semakin membutuhkan banyak burung dan otomatis meningkatkan permintaan.
Bagi
masyarakat desa sekitar kawasan hutan yang rata-rata hanya lulusan sekolah dasar,
iming-iming uang sekian ratus ribu atau bahkan jutaan mampu membuat mereka
membelah hutan demi mendapatkan burung yang dipesan oleh orang-orang yang
mengaku pecinta burung.
Hal ini
telah berlangsung sekian tahun, yang dulunya burung murai (dalam hal ini
merupakan jenis primadona) bisa dengan mudah dijumpai di sekitar kebun atau
pekarangan rumah. Sekarang keberadaannya bagai menemukan pasangan bagi para
jomblo. Susah minta ampun. Bahkan berdasarkan penuturan rekan-rekan saya, ada
beberapa pemburu yang menembus hutan sampai ke perbatasan Provinsi. Sungguh
gila.
Sampai saat
ini saya tidak mengerti alasan sesungguhnya bagi mereka mengoleksi sekian
banyak burung, bahkan sampai mengeluarkan uang sekian puluh juta. Saya melihat,
parade lomba burung berkicau yang mereka tuju. Hanyalah ajang untuk pamer
kehebatan dan sekian banyak uang yang mereka miliki untuk bisa memenangkan
turnamen.
Yang lebih
tidak masuk akal bagi saya, ada orang yang memang bertugas untuk melestarikan
keanekaragaman jenis burung. Malah terlibat dan berperan sebagai pemasok.
"terkutuk kalian," batin saya.
Burung,
mempunyai peran vital di alam. Mereka menjaga tumbuhan dan pohon agar bisa
saling bertukar serbuk sari demi kelestarian jenis, mengontrol hama pengerat
pohon dan banyak fungsi lainnya. Kalau keberadaan mereka sendiri terus
dirongrong, maka kita patut waspada. Bencana demi bencana yang disebabkan oleh
keserakahan akan terus terjadi.
Jadi mereka
PECINTA BURUNG atau PECINTA PUJIAN?
Bagi saya
pribadi, mereka tidak lebih dari orang-orang picik yang haus pujian dan
keinginan untuk pamer. Mereka orang-orang yang tidak menghargai kebebasan
mahluk ciptaan Tuhan. Mereka tidak menghargai akal pikiran yang mereka miliki.
Semoga
kelak, ada ketegasan dari Pemerintah untuk menghukum mereka yang terlibat dan
kepedulian dari banyak orang untuk menolak keberadaan burung hasil perburuan dari
alam liar di sekitar lingkungan tempat mereka tinggal.
Semoga anak
cucu kita, tidak akan hanya bisa menikmati kicauan indah burung yang berlarian
dari satu dahan ke dahan lainnya dari siaran televisi saja. SEMOGA.